Resume ke : 2
Gelombang : 28
Tanggal : 11 Januari 2023
Tema : Menjadikan Menulis Sebagai Passion
Nara sumbe : Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd
Moderator : Widya Setianingsih, S.Ag
As salamu ‘alaykum Guru hebat Nusantara.
Menurut saya pertemuan kedua ini tak kalah menarik dari pertemuan pertama. Dipandu oleh Ibu Widya yang enerjik, pemateri Utama, Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd, atau Bunda Kanjeng Sang Ratu Antologi memberikan paparan tentang passion. Passion atau gairah ini bila terjaga akan menjadi energi kuat untuk terus menulis. Sehingga menulis menjadi kebutuhan. Hal ini sangat erat dengan motivasi Om Jay ‘Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa yang Terjadi.’ Dengan passion maka menulis setiap hari tak ada matinya.
Selanjutnya dari paparan
materi Bunda Kanjeng saya bisa mengaitkannya dengan pengalaman saya menulis
selama ini. Saya termasuk orang yang idealis. Teringat saya dengan skripsi saya
yang butuh waktu sampai dua semester untuk selesai karena keinginan saya agar
skripsi itu sempurna. Hal yang sama terjadi lagi ketika saya menyelesaikan
tesis. Saya merasa selalu ada yang kurang dalam tulisan saya sehingga butuh
tiga semester untuk menyelesaikan. Materi dari Bunda Kanjeng membuat kesadaran
saya pada kegiatan menulis ini makin terbuka.
Pada materi PPT berjudul ‘Writing
is My Passion’ yang kata Ratu Antologi tersebut masih seujung kuku saya justru melihatnya
sebesar gajah. Banyak sekali poin-poin yang saya jadikan refleksi diri. Pertama,
bahwa menulis itu bukti intelektualitas seseorang dan kematangan berpikir. Di
luar negeri, karya tulis seseorang begitu dihargai. Baik berupa kedudukan
sosial akademis maupun berupa finansial. Konon di Indonesia penulis belum
sungguh-sungguh dihargai, kecuali mereka yang sudah banyak menelurkan best
seller.
Hal kedua, benar apa yang
disampaikan Bunda, hambatan seseorang ketika mulai menulis adalah merasa tidak
bisa atau tidak punya bakat menulis, tidak punya ide yang akan disampaikan,
tidak punya waktu dan tidak siap dikritik. Dulu, ketika saya minta seseorang
untuk membaca karya saya, kemudian dia mengatakan tulisan saya kering, datar
dan tidak ada hikmahnya, saya langsung kehilangan semangat dan akhirnya tidak
menulis. Tentu hal ini salah. Harusnya kritik itu membuat saya semakin rajin
menulis sehingga tulisan saya makin menemukan bentuk dan kebermanfaatannya.
Berikutnya, seperti dalam materi, menumbuhkan motivasi
diri itu sangat penting. Agar passion selalu menyala. Saya mengambil para Ulama
sebagai contoh. Bahwa mereka meninggalkan warisan luar biasa kepada umat dengan
tulisan mereka. Tentu saja, saya tidak akan sampai pada kemampuan mereka. Tapi
setidaknya, warisan berupa ilmu yang bermanfaat itu bisa saya tinggalkan. Sekecil
apapun ukurannya diniatkan untuk kebermanfaatan. Dengan mengambil contoh para
ulama, saya akan berusaha terus menulis hal-hal baik.
Kesulitan yang sering muncul berupa bagaimana cara
menulisnya? Ternyata dimulai dari hal yang paling sederhana, yaitu pengalaman
pribadi, yang dirasakan sendiri dan dipikirkan sendiri. Kemudian mengkaji
tulisan atau percakapan dengan orang lain dan buku-buku yang kita baca. Tetapi
menurut saya yang paling krusial adalah mendapat mentor yang baik dan komunitas
yang mendukung. Ini akan sangat membantu terjaganya passion menulis seseorang.
Karena mentor yang baik akan selalu mengingatkan, memberi wadah menulis dan menyediakan
waktunya untuk berdiskusi.
Untuk mulai menulis maka persiapan yang dilakukan
adalah menggali gagasan/ide. Hal ini penting untuk menentukan langkah
berikutnya yaitu tujuan, genre, dan segmen pembaca. Tulisan untuk target
anak-anak tentu berbeda dengan orang dewasa. Begitupun tulisan untuk keperlun
akademis berbeda dengan untuk bacaan santai. Hal ini terkait dengan penentuan topik. Langkah berikutnya adalah membuat
outline yang berguna untuk mempertimbangkan logika kesederajatan, kesetaraan struktur, kepaduan, dan penekanan. Menyediakan buku dan rujukan lain diperlukan agar
tulisan berisi.
Terakhir yang tak kalah pentingnya adalah bersikap
sabar khususnya untuk penulis pemula dalam pengertian bahwa menulis itu melibatkan
banyak ketrampilan mental, pemahaman bahasa untuk mengungkapkan gagasan. Setiap
orang mempunyai prosesnya sendiri-sendiri. Menulis juga membutuhkan kemampuan mekanis
seperti tata tulis, ejaan dan sebagainya yang sangat berbeda dengan kemampuan bicara.
Senada dengan nasehat Om Jay pada pertemuan pertama, menulis dimulai dari hal
yang kita mampu dan akrab dengan keseharian kita.
Pada sesi tanya jawab ada beberapa pertanyaan
menggelitik berkaitan dengan tulis-menulis ini. Di era digital ini, media
sosial dibanjiri Tik Tok, IG dan youtube yang berakibat orang lebih suka paparan
visual daripada tulisan dengan demikian apakah menulis masih relevan? Bunda mengingatkan
tidak usah khawatir karena kegiatan literasi tidak akan mati baik dalam bentuk
buku cetak maupun e-book. Ini justru menjadi tantangan yang menggairahkan.
Bagaimana tahapan menggerakkan
siswa-siswa untuk menulis antologi? Bunda menjawab, guru-guru bisa saling bersinergi
untuk mengajak siswa menulis yang mendidik. Untuk irusan pracetak dan cetak
Bunda siap membantu.
Ada kekhawatiran bila bagaimana memasarkan buku
ditengan masyarakat yang tidak suka membaca? Bunda menjawab tidak perlu
khawatir. Semua buku sudah punya takdirnya.
Terimakasih Bunda Kanjeng atas paparan ilmunya yang bermanfaat. Semoga Bunda sehat selalu.
Terimakasih kepada tim solid atas tantangan menulis sebagai motivasi untuk
terus menulis. Teruslah menulis, maka tulisan akan menemukan pembacanya (Om Jay).
Semangat menulis, ditunggu resume berikutnya
ReplyDeleteSemangat bu
ReplyDeleteTerimakasih kunjungannya.
ReplyDeleteTetapkan langkah, mantapkan hati. Literasi membuat diri berprestasi. Yuk maju hingga garis finish. Buku solo dalam genggaman
ReplyDeleteResumenya bagus Bu ..
ReplyDeletehttps://ragungps.blogspot.com/2023/01/flyer-2-judul-menulis-dengan-gairah.html